MALAM RENUNGAN AKHIR TAHUN

“ Pada saat kita berhenti berpikir tentang diri kita sendiri, kita sebenarnya tengah mengalami perubahan hati nurani yang sungguh heroic ”(Joseph Campbell).
Pragmen yang mungkin pernah kita lihat. Ketika seorang pejabat keluar dari rumah mewah dan mengendari kendaraan yang harganya hingga ratusan juta berjalan di jalan lintas, dua orang anak kecil di pinggir jalan yang dilewatinya meminta sedikit belas kasih atas jasa yang mereka lakukan untuk menutupi jalan yang berlubang dengan tanah dan batu-batu kecil agar para pengendara berjalan dengan enak, atau anak jalanan yang merengek minta sedekah di trotoar jalan. Pejabat itu tanpa sadar menjauhi dan bergegas meninggalkan lokasi tersebut dengan isyarat penolakannya.
Bila penutup tahun ini dapat dijadikan momentum perenungan kita untuk memahami seberapa besar tingkat kepedulian kita kepada sesame, jawablah dengan jujur dari nurani kita, jika kita beri skor dari angka 1 (sangat buruk) sampai dengan skor angka 5 (sangat baik), dimanakah posisi kita?. Jawabannya tidak perlu diketahui oleh orang lain, simpan saja untuk diri kita sendiri dan nikmatilah.
Tidak perlu kita renungkan, jika dirasakan ini tidak perlu dan penting, karena ini bukanlah untuk kepentingan orang lain, ini untuk kepentingan kita sendiri. Kita akan mengalami transformasi yang luar biasa begitu kita mulai memikirkan orang lain,, ini bisa kita buktikan saat kita sedang jatuh cinta atau menyayangi orang lain, pasti ada perubahan tampilan dan emosi yang terjadi pada kita.
Namun kenyataannya, hal ini mudah kita ucapkan tetapi sulit direalisasikan dalam sikap dan tindakan. Disadari atau tidak, atau ini memang sudah menjadi tabiat, para politisi di negara ini sangat royal sekali melontarkan kata-kata ini demi kepentingan rakyat dalam setiap kampanye mereka. Bahkan membanggakan diri dengan mengaku paling dekat dengan orang kecil/ orang miskin, malah menyakiti hati rakyat dengan tanpa malu-malu menghadiahkan dirinya sendiri rumah bernilai miliaran. Disisi lain ada juga politisi yang tanpa malu-malu berlomba-lomba meluncurkan buku biografi politik yang di dalamnya dipenuhi dengan kata-kata ini demi kepentingan rakyat. Tanpa disadari ini melecehkan intelektualitas belaka. Sangat mudah sekali mereka membanggakan diri dan mencap sebagai pahlawan rakyat kecil, walau jika ada alat ukur yang pasti dan tepat menemukan kontribusi nyata yang mereka telah lakukan bagi orang banyak.
Pada zaman ini, kita semakin di dorong untuk menjadi sosok yang individualistis, kita akan disibukan dengan berbagai rutinitas sendiri, mencari materi sebanyak-banyaknya tanpa peduli dengan orang lain, bahkan kemajuan teknologi yang mengasikan terus memaksa kita menikmati sosok yang individual. Padahal jika kita coba untuk mengerti hakekat kesempurnaan dan ini merupakan program jangka panjang kita, maka memperhatikan orang lain adalah cara terbaik untuk mencapai hal tersebut. Materi dalam bentuk uang, memang sangatlah penting, namun hal itu tidak akan dapat menggantikan perhatian, pengertian, kehadiran dan kasih sayang dan ternyata masih banyak yang beranggapan bahwa perhatian bisa dengan mudah didapatkan jika kita punya uang. Ingatlah bahwa saat kita dilahirkan di muka bumi ini kita tidak membawa apa-apa, kita dalam kondisi yang telanjang dan bukankah kain kafan yang akan menjadi pembungkusnya saat kita meninggalkan dunia ini.
Banyak sekali yang dapat kita jadikan contoh dalam hal ini, banyak anak-anak yang tumbuh tanpa perhatian yang semestinya dia dapatkan dari orang tua mereka, dan ini sangatlah nyata, orang terdekat sayapun mengalaminya. Sejalan dari itu, ternyata semakin banyak saja orang yang salah memahami hidup, bahwa semua bisa dibeli dengan uang. Disini saya coba petikan seorang kahlil Gibran pernah mengatakan “bila engakau member dari hartamu, tiada banyaklah pemberian itu, bila engkau member dari dirimu itulah pemberian yang penuh arti”. Saya hanya bisa sedikit saja memahaminya bahwa memberikan perhatian merupakan hal yang tak berbatas, sedangkan memberikan materi sebanyak apapun hal itu akan terbatas. Caranya bagaimana kita memberikan dan mempraktekan kepedulian kita adalah kita bisa mulai dari mendengarkan mereka, beri perhatian penuh dengan mendengarkan cerita-cerita mereka, temani mereka jika kita tak dapat membantunya, dengan mendengarkan mereka akan membuat mereka penting dan berarti sehingga kita bisa memberikan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan orang lain, bahkan jika mereka tidak mengatakannya, bukankah “adalah baik untuk member ketika diminta, tapi jauh lebih baik lagi jika memberi tanpa harus diminta” (kahlil Gibran).
Bagaimana dengan kita, dimana posisi skor atas kepedulian kita dan bisakah kita mencoba atau memperbaiki di tahun 2011 yang sebentar lagi ini?,,mari ke TKP.sie,,sie,,

Komentar